Nomor Atom | 93 |
Simbol | Np |
Berat Atom | 237 g/mol |
Kategori | Aktinida |
Fase | Padat |
Neptunium adalah logam radioaktif berwarna perak yang bersifat ulet. Unsur ini sangat reaktif dan dapat teroksidasi oleh oksigen, uap air, dan asam, namun tahan terhadap basa. Neptunium dapat berada dalam berbagai tingkat oksidasi, dari Np(II) hingga Np(VII). Titik lelehnya sekitar 640°C dan titik didihnya sekitar 3902°C. Neptunium memiliki densitas yang tinggi, yaitu sekitar 20,2 g/cm³ pada suhu 20°C.
Neptunium terdapat secara alami di Bumi dalam jumlah sangat kecil pada bijih uranium. Namun, sebagian besar neptunium yang ada saat ini berasal dari hasil samping reaktor nuklir. Dalam air, neptunium biasanya hadir dalam bentuk ion kompleks.
Efek kesehatan neptunium terutama terkait dengan sifat radioaktifnya. Paparan dapat meningkatkan risiko kanker tulang. Sebagian besar neptunium yang masuk ke tubuh akan terakumulasi di tulang dan hati. Beberapa studi pada hewan menunjukkan konsentrasi neptunium yang relatif tinggi di kelenjar adrenal.
Meskipun neptunium jarang ditemui dalam pengolahan air konvensional, beberapa metode dapat digunakan untuk menghilangkannya jika diperlukan:
Pertukaran ion: Resin penukar ion khusus dapat digunakan untuk menghilangkan ion neptunium dari air.
Osmosis balik: Membran osmosis balik dapat menahan sebagian besar ion aktinida termasuk neptunium.
Koagulasi dan flokulasi: Proses ini dapat menghilangkan partikel neptunium yang terikat pada padatan tersuspensi.
Adsorpsi: Adsorben seperti karbon aktif atau oksida logam dapat mengikat neptunium.
Neptunium tidak memiliki aplikasi komersial dalam pengolahan air. Penggunaannya terbatas pada fasilitas nuklir dan laboratorium penelitian.
Studi kasus spesifik tentang pengolahan neptunium dalam air sangat terbatas karena jarangnya unsur ini ditemui di luar fasilitas nuklir. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan terkait remediasi lokasi yang terkontaminasi:
Contoh: Di Hanford Site, Washington, AS, yang merupakan bekas fasilitas produksi plutonium, neptunium telah terdeteksi dalam air tanah. Upaya remediasi melibatkan kombinasi metode seperti pemompaan dan pengolahan, serta pemasangan penghalang reaktif permeable untuk mencegah migrasi kontaminan.
Karena sifat radioaktifnya, neptunium diatur ketat oleh badan-badan nuklir internasional dan nasional. Meskipun tidak ada standar spesifik untuk neptunium dalam air minum, beberapa negara menggunakan pedoman umum untuk radionuklida:
WHO: Menyarankan batas dosis efektif tahunan 0,1 mSv dari konsumsi air minum untuk semua radionuklida.
US EPA: Menetapkan Tingkat Kontaminan Maksimum (MCL) untuk partikel alfa sebesar 15 pCi/L, yang dapat mencakup neptunium.
Neptunium memiliki waktu paruh yang sangat panjang (misalnya, Np-237 memiliki waktu paruh 2,14 juta tahun), sehingga dapat bertahan lama di lingkungan. Keberadaannya dalam ekosistem akuatik dapat menyebabkan bioakumulasi dalam rantai makanan. Pengelolaan limbah yang mengandung neptunium memerlukan perhatian khusus untuk mencegah pelepasan ke lingkungan.
Penelitian terkini fokus pada pengembangan metode penghilangan neptunium yang lebih efisien dan selektif:
Pengembangan nanomaterial adsorben baru dengan afinitas tinggi terhadap aktinida.
Teknik ekstraksi fase padat yang ditingkatkan untuk pemisahan neptunium dari matriks air kompleks.
Metode bioremediasi menggunakan mikroorganisme atau tanaman yang dapat mengakumulasi atau mengubah neptunium menjadi bentuk yang kurang berbahaya.
Penggunaan teknik elektrokimia canggih untuk pengolahan air yang terkontaminasi neptunium.
Neptunium adalah elemen pertama yang berhasil disintesis, ditemukan pada tahun 1940 oleh Edwin McMillan dan Philip H. Abelson.
Meskipun jarang ditemui, neptunium dapat hadir dalam air laut dalam konsentrasi sangat rendah (sekitar 10^-15 g/L) sebagai hasil dari deposisi atmosfer dari uji senjata nuklir masa lalu.
Beberapa spesies bakteri telah ditemukan mampu mereduksi neptunium, yang berpotensi digunakan dalam bioremediasi.
Dalam pengolahan air nuklir, neptunium sering kali menjadi perhatian khusus karena dapat membentuk kompleks yang sangat mobil dalam kondisi lingkungan tertentu.