Nomor Atom | 11 |
Simbol | Na |
Berat Atom | 22,98977 g/mol |
Kategori | Logam alkali |
Konfigurasi Elektron | [Ne] 3s1 |
Natrium adalah logam lunak berwarna perak yang sangat reaktif. Ia memiliki titik leleh rendah (97,5°C) dan titik didih 883°C. Natrium bereaksi cepat dengan air, menghasilkan natrium hidroksida dan gas hidrogen. Di udara, natrium cepat teroksidasi membentuk lapisan natrium oksida. Natrium tidak bereaksi dengan nitrogen, tetapi dapat bereaksi dengan amonia membentuk natrium amida. Natrium juga bereaksi dengan alkohol dan senyawa organik terhalogenasi.
Natrium adalah unsur keenam terbanyak di kerak bumi dan ion kedua terbanyak dalam air laut setelah klorida. Sumber utama natrium dalam air adalah pelapukan batuan dan mineral, serta intrusi air laut. Natrium penting bagi fungsi tubuh manusia, namun kelebihan natrium dapat menyebabkan hipertensi dan masalah ginjal. WHO merekomendasikan asupan natrium tidak lebih dari 2 gram per hari. Paparan kulit atau mata terhadap natrium dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar.
Penghilangan natrium dari air umumnya dilakukan dengan:
Untuk air dengan kadar garam terlarut rendah, resin penukar kation asam kuat sering digunakan. Dalam kondisi basa, resin penukar kation asam lemah dapat memberikan kapasitas lebih tinggi dan regenerasi lebih mudah. Untuk air dengan kadar garam tinggi, RO umumnya lebih ekonomis dibanding pertukaran ion.
Meskipun natrium umumnya dihilangkan dari air, beberapa senyawa natrium digunakan dalam pengolahan air:
Contoh 1: Desalinasi Air Laut di Timur Tengah Banyak negara di Timur Tengah menggunakan teknologi RO skala besar untuk menghilangkan natrium dan ion lainnya dari air laut, menghasilkan air tawar untuk konsumsi dan irigasi. Misalnya, fasilitas desalinasi Ras Al Khair di Arab Saudi dapat menghasilkan 1 juta m3 air tawar per hari.
Contoh 2: Pengolahan Air Produced di Industri Minyak dan Gas Dalam industri minyak dan gas, air produced sering mengandung kadar natrium tinggi. Perusahaan seperti Shell menggunakan kombinasi teknologi seperti RO dan pertukaran ion untuk menghilangkan natrium dan kontaminan lainnya, memungkinkan penggunaan kembali air atau pembuangan yang aman.
Di Indonesia, Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 menetapkan batas maksimum natrium dalam air minum sebesar 200 mg/L. WHO tidak menetapkan pedoman berbasis kesehatan untuk natrium dalam air minum, namun merekomendasikan kadar di bawah 200 mg/L berdasarkan pertimbangan rasa.
Di Amerika Serikat, EPA menetapkan tingkat kontaminan sekunder untuk natrium pada 30-60 mg/L, terutama berdasarkan pertimbangan rasa dan bukan kesehatan.
Peningkatan kadar natrium dalam badan air dapat menyebabkan:
Metode penghilangan natrium seperti RO memerlukan energi tinggi. Inovasi seperti RO tekanan rendah dan pemulihan energi terus dikembangkan untuk meningkatkan keberlanjutan proses. Penggunaan kembali konsentrat garam dari proses desalinasi juga menjadi fokus penelitian untuk mengurangi dampak lingkungan.
Beberapa area penelitian dan tren yang sedang berkembang meliputi: