Nomor atom | 17 |
Simbol | Cl |
Massa atom | 35,453 g/mol |
Elektronegativitas | 3,0 (skala Pauling) |
Densitas | 3,21 x 10-3 g/cm3 pada 20°C |
Klorin adalah unsur halogen yang ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1774. Dalam bentuk murninya, klorin adalah gas diatomik berwarna hijau kekuningan dengan bau yang tajam.
Klorin memiliki titik leleh -101°C dan titik didih -34,6°C. Gas klorin 2,5 kali lebih berat daripada udara. Klorin sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lain. Dalam larutan air, klorin membentuk asam hipoklorit (HClO) yang merupakan oksidator kuat.
Klorin mudah larut dalam air, membentuk larutan yang disebut "air klorin". Pada konsentrasi tinggi, larutan ini bersifat asam dan sangat oksidatif. Klorin juga dapat membentuk berbagai senyawa anorganik seperti garam klorida dan senyawa organik terklorinasi.
Klorin jarang ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Dalam air, klorin biasanya hadir dalam bentuk ion klorida (Cl-) atau senyawa klorin terlarut seperti natrium klorida (garam dapur). Air laut mengandung sekitar 1,9% ion klorida.
Paparan klorin dalam jumlah kecil dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Paparan yang lebih tinggi dapat menyebabkan batuk, sesak napas, dan bahkan retensi cairan di paru-paru. Namun, efek kesehatan ini umumnya tidak terjadi pada level klorin yang biasa ditemukan dalam air minum yang telah diolah.
Klorin adalah disinfektan yang paling umum digunakan dalam pengolahan air minum dan air limbah. Beberapa aplikasi utama meliputi:
Untuk menghilangkan klorin berlebih dari air, beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
Untuk menghilangkan ion klorida, dapat digunakan metode pertukaran ion menggunakan resin penukar anion basa kuat. Namun, karena selektivitas klorida yang rendah, ion-ion lain dengan selektivitas lebih tinggi harus dihilangkan terlebih dahulu.
Selain untuk disinfeksi, klorin juga digunakan dalam berbagai aplikasi pengolahan air industri, termasuk:
Contoh penerapan teknologi klorin dalam pengolahan air:
1. Kota New York, AS: Menggunakan sistem klorinasi skala besar untuk mengolah lebih dari 3,8 miliar liter air minum per hari, melayani lebih dari 9 juta penduduk.
2. Singapura: Menerapkan sistem kloraminasi (kombinasi klorin dan amonia) untuk menjaga kualitas air dalam jaringan distribusi yang luas, mengurangi pembentukan produk sampingan disinfeksi.
3. Perth, Australia: Menggunakan klorin dioksida sebagai alternatif klorin untuk mengatasi masalah rasa dan bau, serta mengurangi pembentukan trihalometan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas maksimum klorin bebas dalam air minum sebesar 5 mg/L. Di Indonesia, berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010, kadar maksimum klorin bebas yang diperbolehkan dalam air minum adalah 5 mg/L.
Untuk produk sampingan disinfeksi, batas maksimum total trihalometan yang direkomendasikan WHO adalah 0,1 mg/L. Beberapa negara memiliki standar yang lebih ketat, misalnya Uni Eropa menetapkan batas 0,1 mg/L untuk masing-masing senyawa trihalometan.
Meskipun efektif sebagai disinfektan, penggunaan klorin dalam pengolahan air memiliki beberapa dampak lingkungan yang perlu diperhatikan:
Untuk meningkatkan keberlanjutan, beberapa pendekatan yang dapat diterapkan antara lain:
Beberapa arah penelitian dan pengembangan terkait penggunaan klorin dalam pengolahan air meliputi: