Nomor Atom | 39 |
Simbol | Y |
Berat Atom | 88.9059 g/mol |
Konfigurasi Elektron | [Kr] 4d1 5s2 |
Kelompok | Logam tanah jarang |
Yttrium adalah logam berwarna abu-abu keperakan yang termasuk dalam kelompok logam tanah jarang. Beberapa sifat penting yttrium meliputi: - Titik lebur: 1500°C - Titik didih: 3336°C - Densitas: 4.47 g/cm³ pada 20°C - Elektronegatifitas: 1.2 (skala Pauling) - Valensi: +3 Yttrium relatif stabil di udara karena terbentuknya lapisan oksida pelindung di permukaannya. Namun, yttrium sangat reaktif terhadap air dan asam mineral, melepaskan gas hidrogen. Serbuk halus yttrium dapat terbakar spontan di udara pada suhu di atas 400°C.
Yttrium jarang ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia biasanya terdapat dalam mineral tanah jarang dan bijih uranium. Di perairan, yttrium umumnya hadir dalam konsentrasi yang sangat rendah. Efek kesehatan dari paparan yttrium meliputi: - Inhalasi uap atau debu yttrium dapat menyebabkan embolisme paru-paru, terutama pada paparan jangka panjang. - Meningkatkan risiko kanker paru-paru jika terhirup. - Akumulasi di hati dapat mengganggu fungsi organ tersebut. - Kerusakan membran sel pada organisme air, mempengaruhi reproduksi dan sistem saraf. Meski demikian, risiko kesehatan dari yttrium dalam air minum umumnya rendah karena konsentrasinya yang sangat kecil di perairan alami.
Meskipun yttrium jarang menjadi kontaminan utama dalam pengolahan air, beberapa metode dapat digunakan untuk menghilangkannya jika diperlukan: 1. Pertukaran ion: Resin penukar kation asam kuat sangat efektif untuk menghilangkan ion Y³⁺ dari air. Afinitas yttrium terhadap resin ini tinggi dalam kondisi asam encer. 2. Pengendapan kimia: Yttrium dapat diendapkan sebagai hidroksida atau fosfat pada pH tinggi. 3. Adsorpsi: Bahan adsorben seperti karbon aktif atau zeolit dapat mengikat yttrium dari larutan. 4. Membran filtrasi: Teknologi membran seperti nanofiltrasi atau osmosis balik dapat menghilangkan ion yttrium. 5. Elektrokoagulasi: Proses ini dapat mengendapkan yttrium bersama dengan kontaminan logam lainnya. Pemilihan metode tergantung pada konsentrasi yttrium, matriks air, dan tujuan pengolahan.
Meskipun yttrium sendiri jarang digunakan secara langsung dalam pengolahan air, beberapa aplikasi terkait meliputi: - Yttrium oksida (Y₂O₃) digunakan dalam pembuatan membran keramik untuk filtrasi air. - Beberapa katalis berbasis yttrium digunakan dalam proses pengolahan air limbah tertentu. - Sensor yttrium digunakan untuk mendeteksi kontaminan tertentu dalam air.
1. Pemulihan yttrium dari air limbah industri: Sebuah pabrik pengolahan logam tanah jarang di Tiongkok menggunakan kombinasi pengendapan kimia dan pertukaran ion untuk memulihkan yttrium dari air limbah proses. Metode ini berhasil memulihkan lebih dari 95% yttrium, yang kemudian dapat digunakan kembali dalam produksi. 2. Penghilangan yttrium dari air tanah terkontaminasi: Di sebuah lokasi bekas tambang uranium di Kanada, air tanah mengandung tingkat yttrium yang tinggi. Sistem pengolahan menggunakan resin penukar ion khusus berhasil mengurangi konsentrasi yttrium dari 0,5 mg/L menjadi di bawah 0,01 mg/L, memenuhi standar lingkungan setempat. 3. Pemantauan yttrium dalam air laut: Peneliti menggunakan sensor berbasis yttrium untuk memantau konsentrasi logam tanah jarang di perairan pantai dekat fasilitas desalinasi. Sensor ini membantu mendeteksi potensi dampak lingkungan dari pembuangan air garam yang mengandung trace yttrium.
Saat ini, tidak ada standar khusus untuk yttrium dalam air minum yang ditetapkan oleh WHO atau banyak negara. Namun, beberapa pedoman umum meliputi: - EPA AS memasukkan yttrium dalam daftar kontaminan kandidat (CCL) untuk potensi regulasi di masa depan. - Uni Eropa menetapkan batas 1 μg/L untuk total logam tanah jarang (termasuk yttrium) dalam air minum. - Beberapa negara, seperti Kanada, memiliki pedoman untuk yttrium dalam air permukaan untuk perlindungan kehidupan akuatik, biasanya dalam kisaran 1-5 μg/L. Perlu dicatat bahwa standar ini dapat berubah seiring dengan penelitian baru tentang dampak yttrium terhadap kesehatan dan lingkungan.
Dampak lingkungan yttrium meliputi: - Akumulasi dalam tanah dan sedimen air, berpotensi mempengaruhi ekosistem. - Gangguan pada organisme akuatik, terutama pada konsentrasi tinggi. - Potensi bioakumulasi dalam rantai makanan. Pertimbangan keberlanjutan: - Ekstraksi yttrium dari sumber primer dapat berdampak signifikan pada lingkungan. - Mendaur ulang dan memulihkan yttrium dari produk bekas dan air limbah menjadi semakin penting. - Pengembangan metode ekstraksi dan pemulihan yang lebih ramah lingkungan sedang diteliti.
Beberapa arah penelitian dan tren yang menjanjikan meliputi: 1. Pengembangan adsorben baru: Penelitian tentang nanomaterial dan komposit baru untuk adsorpsi yttrium yang lebih efisien. 2. Bioremediasi: Eksplorasi mikroorganisme dan tanaman yang dapat mengakumulasi atau mengubah yttrium menjadi bentuk yang kurang beracun. 3. Teknologi membran canggih: Pengembangan membran selektif yttrium untuk pemulihan yang lebih efisien dari air limbah. 4. Ekstraksi ramah lingkungan: Metode baru untuk memulihkan yttrium dari air limbah menggunakan pelarut dan ekstraktan yang lebih ramah lingkungan. 5. Sensor real-time: Pengembangan sensor in-situ untuk pemantauan yttrium yang lebih cepat dan akurat dalam sistem air. 6. Pendekatan terintegrasi: Kombinasi berbagai teknologi untuk penghilangan dan pemulihan yttrium yang lebih efisien. 7. Studi dampak lingkungan jangka panjang: Penelitian lebih lanjut tentang efek kronis paparan yttrium tingkat rendah pada ekosistem akuatik.
1. Yttrium ditemukan dalam mineral ytterbit, yang dinamai sesuai kota Ytterby di Swedia, tempat mineral tersebut pertama kali ditemukan. 2. Meskipun yttrium bukan bagian dari seri lantanida, ia sering dikelompokkan bersama logam tanah jarang karena sifat kimianya yang serupa. 3. Yttrium oksida digunakan dalam pembuatan fosfor merah untuk tabung gambar televisi warna, menghubungkannya secara tidak langsung dengan pengolahan air limbah elektronik. 4. Beberapa spesies bakteri telah ditemukan dapat mengakumulasi yttrium, membuka kemungkinan untuk bioremediasi. 5. Yttrium-90, isotop radioaktif yttrium, digunakan dalam pengobatan kanker, menimbulkan tantangan unik dalam pengelolaan air limbah medis. 6. Nanopartikel yttrium oksida sedang diteliti untuk aplikasi fotokatalitik dalam pengolahan air, berpotensi membantu mendegradasi polutan organik. 7. Kemampuan yttrium untuk membentuk superkonduktor suhu tinggi membuka kemungkinan aplikasi baru dalam teknologi pengolahan air di masa depan.