Nomor Atom | 66 |
Simbol | Dy |
Berat Atom | 162,50 g/mol |
Kategori | Logam tanah jarang, Lantanida |
Disprosium adalah logam lunak berwarna perak yang memiliki kilau metalik. Beberapa sifat penting lainnya:
Titik lebur: 1412°C
Titik didih: 2562°C
Densitas: 8,6 g/cm³ pada 20°C
Keadaan oksidasi umum: +3
Konfigurasi elektron: [Xe] 4f¹⁰6s²
Elektronegatifitas: 1,22 (skala Pauling)
Disprosium stabil di udara pada suhu kamar, namun perlahan teroksidasi. Bereaksi dengan air dingin dan larut cepat dalam asam. Membentuk berbagai garam berwarna cerah.
Disprosium jarang ditemukan dalam air alami dalam konsentrasi yang signifikan. Namun, aktivitas pertambangan dan pemrosesan logam tanah jarang dapat menyebabkan kontaminasi lokal. Efek kesehatan dari paparan disprosium pada manusia belum dipelajari secara menyeluruh, tetapi diyakini memiliki toksisitas rendah. Studi pada hewan menunjukkan:
Garam disprosium yang larut sedikit beracun jika tertelan
Garam yang tidak larut umumnya tidak beracun
Diperlukan dosis sekitar 500 gram atau lebih untuk membahayakan nyawa manusia (berdasarkan ekstrapolasi dari uji toksisitas pada tikus)
Meskipun demikian, paparan kronis terhadap konsentrasi tinggi disprosium dalam air minum harus dihindari karena potensi akumulasi dalam tubuh.
Meskipun disprosium jarang menjadi kontaminan utama dalam pengolahan air, beberapa metode dapat digunakan untuk menghilangkannya jika diperlukan:
Pertukaran ion: Resin penukar kation khusus dapat digunakan untuk menghilangkan ion Dy³⁺ dari air. Resin asam kuat dengan mesh halus seperti yang direkomendasikan untuk lantanida umumnya efektif.
Presipitasi kimia: Penambahan basa seperti natrium hidroksida dapat mengendapkan disprosium sebagai hidroksida.
Adsorpsi: Karbon aktif atau adsorben khusus dapat menghilangkan sebagian disprosium terlarut.
Membran filtrasi: Teknologi seperti nanofiltrasi atau reverse osmosis dapat menghilangkan ion disprosium.
Pemilihan metode tergantung pada konsentrasi disprosium, matriks air, dan persyaratan pengolahan spesifik.
Disprosium sendiri jarang digunakan secara langsung dalam pengolahan air. Namun, beberapa aplikasi terkait melibatkan penggunaan disprosium:
Dosimeter radiasi: Beberapa dosimeter yang menggunakan disprosium dapat digunakan untuk memantau paparan radiasi dalam fasilitas pengolahan air yang menggunakan teknologi radiasi UV atau sinar-X.
Katalis: Beberapa katalis yang mengandung disprosium mungkin digunakan dalam proses pengolahan air tingkat lanjut, meskipun penggunaan ini tidak umum.
Contoh spesifik penggunaan disprosium dalam pengolahan air sangat terbatas. Namun, beberapa studi kasus terkait dapat dipertimbangkan:
Pemulihan logam tanah jarang: Sebuah proyek pilot di Tiongkok menggunakan teknologi pertukaran ion untuk memulihkan disprosium dan lantanida lain dari air limbah pertambangan. Proses ini menunjukkan potensi untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus memulihkan logam berharga.
Pemantauan radiasi: Fasilitas pengolahan air yang menggunakan desinfeksi UV intensitas tinggi telah menggunakan dosimeter yang mengandung disprosium untuk memastikan keamanan pekerja dan integritas sistem.
Saat ini, tidak ada standar air minum spesifik untuk disprosium yang ditetapkan oleh WHO atau badan regulasi utama lainnya. Namun, beberapa pertimbangan regulasi meliputi:
Uni Eropa: Disprosium termasuk dalam daftar bahan kimia yang memerlukan pemantauan di bawah Directive on Priority Substances in the Field of Water Policy.
AS EPA: Meskipun tidak ada standar spesifik, disprosium dipantau sebagai bagian dari evaluasi kontaminan yang muncul dalam air minum.
China: Telah menetapkan beberapa pedoman untuk logam tanah jarang dalam air limbah industri, yang mungkin mencakup disprosium.
Mengingat peningkatan penggunaan dan potensi pelepasan ke lingkungan, regulasi yang lebih ketat mungkin akan dikembangkan di masa depan.
Pertimbangan utama terkait disprosium dalam konteks lingkungan dan keberlanjutan meliputi:
Kelangkaan: Disprosium termasuk logam tanah jarang yang relatif langka, sehingga ekstraksi dan penggunaannya harus dikelola secara bertanggung jawab.
Dampak penambangan: Ekstraksi disprosium dapat menyebabkan degradasi lahan dan polusi air jika tidak dikelola dengan baik.
Daur ulang: Peningkatan upaya daur ulang produk yang mengandung disprosium dapat mengurangi kebutuhan ekstraksi baru.
Substitusi: Penelitian sedang dilakukan untuk menemukan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk beberapa aplikasi disprosium.
Dalam konteks pengolahan air, penggunaan disprosium yang terbatas berarti dampak langsungnya minimal. Namun, pemantauan dan pengelolaan yang tepat tetap penting, terutama di daerah dengan aktivitas pertambangan atau pemrosesan logam tanah jarang.
Beberapa arah penelitian dan tren yang muncul terkait disprosium dalam pengolahan air meliputi:
Pengembangan adsorben baru: Penelitian sedang dilakukan untuk menciptakan adsorben nanostruktur yang dapat menghilangkan disprosium dan lantanida lain dari air secara lebih efisien.
Teknik pemulihan yang ditingkatkan: Metode baru untuk memulihkan disprosium dari air limbah industri dan pertambangan sedang dikembangkan, termasuk ekstraksi pelarut yang ditingkatkan dan teknologi membran canggih.
Biosensor: Pengembangan biosensor yang menggunakan senyawa disprosium untuk mendeteksi kontaminan spesifik dalam air sedang dieksplorasi.
Pemantauan lingkungan: Teknik analitis yang lebih sensitif untuk mendeteksi tingkat disprosium ultra-rendah dalam sampel lingkungan sedang dikembangkan untuk pemantauan yang lebih baik.
Disprosium dinamai dari kata Yunani "dysprositos", yang berarti "sulit didekati", karena sulitnya mengisolasi elemen ini.
Meskipun jarang digunakan dalam pengolahan air, disprosium memiliki sifat magnetik yang kuat yang dimanfaatkan dalam teknologi energi terbarukan seperti turbin angin, yang dapat membantu mengurangi emisi karbon dari produksi energi dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas air.
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa nanopartikel yang mengandung disprosium mungkin memiliki sifat antimikroba, yang berpotensi membuka aplikasi baru dalam desinfeksi air.
Kemampuan disprosium untuk menyerap neutron membuatnya berguna dalam batang kendali reaktor nuklir, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi manajemen air pendingin dalam pembangkit listrik tenaga nuklir.