Nomor Atom | 95 |
Simbol | Am |
Massa Atom | 243 g/mol |
Kategori | Aktinida |
Ditemukan oleh | Glenn T. Seaborg (1944) |
Amerisium adalah logam radioaktif sintetis berwarna perak-putih. Sifat-sifat utamanya meliputi:
Titik leleh: 994°C
Titik didih: 2607°C
Densitas: 13,67 g/cm³
Konfigurasi elektron: [Rn] 5f⁷ 7s²
Mudah teroksidasi di udara
Larut dalam asam mineral
Membentuk senyawa berwarna, seperti amerisium klorida yang berwarna merah muda
Amerisium jarang ditemukan secara alami dalam air. Namun, dapat masuk ke lingkungan air melalui:
Percobaan senjata nuklir atmosfer
Kebocoran dari fasilitas nuklir
Pembuangan limbah radioaktif yang tidak tepat
Efek kesehatan dari paparan amerisium meliputi:
Peningkatan risiko kanker, terutama kanker tulang
Kerusakan genetik
Efek radiasi akut pada dosis tinggi
Akumulasi jangka panjang dalam tulang
Meskipun jarang ditemui dalam pengolahan air umum, beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghilangkan amerisium dari air meliputi:
Pertukaran ion menggunakan resin khusus
Reverse osmosis
Koagulasi-flokulasi diikuti dengan sedimentasi
Filtrasi dengan media khusus seperti karbon aktif
Teknik membran canggih
Pemilihan metode tergantung pada konsentrasi amerisium, karakteristik air, dan standar yang berlaku.
Amerisium tidak memiliki penggunaan langsung dalam pengolahan air industri karena sifat radioaktifnya. Namun, dalam beberapa kasus khusus, isotop amerisium digunakan dalam peralatan analitis untuk pemantauan kualitas air, seperti dalam spektrometri sinar-X portabel.
Studi kasus penghilangan amerisium dari air umumnya terbatas pada situasi khusus seperti dekontaminasi fasilitas nuklir atau pengelolaan limbah radioaktif. Sebuah contoh adalah:
Dekontaminasi Air Tanah di Hanford Site, Washington, AS: Proyek ini melibatkan penghilangan berbagai radionuklida, termasuk amerisium, dari air tanah yang terkontaminasi. Metode yang digunakan meliputi kombinasi pertukaran ion, reverse osmosis, dan teknik pemisahan lainnya untuk mencapai standar keamanan yang ditetapkan.
Di Indonesia, regulasi terkait amerisium dalam air minum belum spesifik. Namun, beberapa pedoman internasional meliputi:
WHO: Tidak menetapkan batas spesifik untuk amerisium, tetapi merekomendasikan total dosis indikatif dari semua radionuklida tidak melebihi 0,1 mSv/tahun
US EPA: Menetapkan Tingkat Kontaminan Maksimum (MCL) untuk radionuklida alpha total pada 15 pCi/L, yang mencakup amerisium
Aspek penting terkait amerisium dalam konteks lingkungan dan keberlanjutan meliputi:
Persistensi jangka panjang di lingkungan karena waktu paruh yang panjang
Potensi bioakumulasi dalam rantai makanan akuatik
Tantangan dalam pengelolaan limbah radioaktif jangka panjang
Kebutuhan untuk teknologi dekontaminasi yang efisien dan ramah lingkungan
Beberapa area penelitian dan tren terkait amerisium dalam pengolahan air meliputi:
Pengembangan nanomaterial untuk adsorpsi selektif amerisium
Teknik bioremediasi menggunakan mikroorganisme khusus
Metode ekstraksi pelarut canggih untuk pemisahan amerisium dari radionuklida lain
Integrasi teknologi membran dan pertukaran ion untuk efisiensi lebih tinggi
Pengembangan sensor real-time untuk deteksi amerisium dalam air
Amerisium-241 digunakan dalam detektor asap ionisasi, yang ironisnya dapat menjadi sumber kontaminasi jika tidak dibuang dengan benar
Teknik penghilangan amerisium dari air sering kali serupa dengan yang digunakan untuk uranium dan plutonium
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman air tertentu dapat mengakumulasi amerisium, membuka kemungkinan untuk fitoremediasi
Meskipun sangat jarang, amerisium telah terdeteksi dalam beberapa sumber air minum di dekat fasilitas nuklir, menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan